Cuma AS di Dewan Keamanan PBB yang Tolak Akui Kelaparan Gaza
Diposting pada 28 August 2025
AS Satu-satunya yang Tolak Akui Kelaparan Gaza sebagai Bencana Buatan Manusia
AS Satu-satunya yang Tolak Akui Kelaparan Gaza sebagai Bencana Buatan Manusia
Amerika Serikat (AS) kembali menjadi sorotan internasional, kali ini karena menjadi satu-satunya anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menolak mengakui krisis kelaparan di Jalur Gaza, Palestina, sebagai bencana yang diakibatkan ulah manusia. Penolakan ini menuai kecaman dari berbagai pihak, yang menilai sikap AS tersebut tidak hanya tidak manusiawi, tetapi juga menghambat upaya bantuan kemanusiaan yang mendesak bagi jutaan penduduk Gaza yang menderita.
Blokade dan Konflik yang Tak Berujung
Krisis kemanusiaan di Gaza telah berlangsung selama bertahun-tahun, ditandai oleh blokade ketat yang diberlakukan Israel dan beberapa konflik bersenjata yang menghancurkan infrastruktur dan perekonomian wilayah tersebut. Blokade ini membatasi akses ke makanan, obat-obatan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya, mengakibatkan tingkat kemiskinan dan pengangguran yang sangat tinggi. Kondisi ini diperparah oleh sistem kesehatan yang sudah rapuh dan pasokan air bersih yang terbatas. Para ahli kemanusiaan telah berulang kali memperingatkan bahwa situasi ini akan berujung pada bencana kelaparan besar-besaran.
Sikap AS Menuai Kecaman
Penolakan AS untuk mengakui kelaparan di Gaza sebagai krisis buatan manusia dianggap sebagai langkah yang sangat kontroversial. Banyak pihak berpendapat bahwa blokade dan konflik yang berkepanjangan, yang secara tidak langsung didukung AS melalui bantuan militer dan politik kepada Israel, merupakan penyebab utama penderitaan rakyat Gaza. Dengan menolak untuk mengakui hal ini, AS dinilai menutup mata terhadap realitas di lapangan dan menghambat upaya internasional untuk meminta pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM yang terjadi di Gaza.
Implikasi Bagi Upaya Bantuan Kemanusiaan
Sikap AS di Dewan Keamanan PBB berpotensi menghambat upaya bantuan kemanusiaan yang lebih besar. Pengakuan internasional terhadap krisis kelaparan sebagai bencana buatan manusia akan membuka jalan bagi sanksi internasional terhadap pihak-pihak yang bertanggung jawab, serta meningkatkan tekanan untuk mengakhiri blokade dan menyelesaikan konflik secara adil dan berkelanjutan. Dengan menolak pengakuan ini, AS seolah-olah memberikan lampu hijau untuk kelanjutan penderitaan rakyat Gaza.
Analisis Lebih Lanjut
Sikap AS kemungkinan didorong oleh faktor-faktor politik dan geostrategis yang kompleks. Hubungan khusus antara AS dan Israel, serta kepentingan strategis di Timur Tengah, mungkin memainkan peran dalam penolakan ini. Namun, penolakan tersebut tetap dinilai tidak etis dan tidak mempertimbangkan kepentingan kemanusiaan yang harus diutamakan. Dunia internasional perlu terus mendesak AS untuk mengubah sikapnya dan mengambil peran yang lebih konstruktif dalam menyelesaikan krisis kemanusiaan di Gaza.
Perlu ditekankan bahwa kelaparan di Gaza bukan hanya krisis kemanusiaan, tetapi juga masalah keadilan dan tanggung jawab internasional. Dunia internasional harus bersatu untuk menekan pihak-pihak yang bertanggung jawab dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat menjangkau penduduk Gaza yang membutuhkan.