
Unjuk Rasa Marak, ini Beda Pendemo dan Perusuh
Diposting pada 01 September 2025
Unjuk Rasa Marak: Ini Beda Pendemo dan Perusuh
Unjuk Rasa Marak: Ini Beda Pendemo dan Perusuh
JAKARTA -- Maraknya aksi unjuk rasa di berbagai wilayah Indonesia belakangan ini menyoroti pentingnya pemahaman publik tentang perbedaan mendasar antara demonstran dan perusuh. Seringkali, kedua kelompok ini tercampur aduk dalam pemberitaan dan persepsi masyarakat, menimbulkan kebingungan dan bahkan stigma negatif terhadap seluruh peserta aksi. Pakar kebijakan publik Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansah, menegaskan pentingnya membedakan kedua kelompok tersebut.
"Pernyataan ini penting dipahami publik karena sering kali terjadi pencampuradukan antara aksi demonstrasi yang dilakukan secara damai dan tertib dengan tindakan anarkis yang dilakukan oleh sekelompok perusuh," ujar Trubus dalam wawancara eksklusif dengan Republika.co.id.
Membedakan Demonstran dan Perusuh: Sebuah Garis Demarkasi
Trubus menjelaskan, demonstran pada dasarnya adalah individu atau kelompok yang menyampaikan aspirasi dan pendapatnya secara sah dan tertib melalui jalur konstitusional. Mereka umumnya memiliki tuntutan spesifik, berorganisasi, dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan, termasuk izin demonstrasi jika diperlukan. Aksi mereka, meskipun mungkin menimbulkan kemacetan atau ketidaknyamanan sementara, bertujuan untuk menyampaikan pesan politik atau sosial secara damai dan konstruktif. Mereka menghargai hak orang lain dan berkomitmen pada proses demokrasi.
Sebaliknya, perusuh adalah individu atau kelompok yang memanfaatkan situasi unjuk rasa untuk melakukan tindakan anarkis dan melanggar hukum. Mereka seringkali tidak memiliki tuntutan spesifik dan tujuan utama mereka adalah menciptakan kekacauan, kerusuhan, dan bahkan kekerasan. Perusuh seringkali merusak fasilitas umum, menyerang petugas keamanan, dan melakukan tindakan kriminal lainnya. Kehadiran mereka mengaburkan pesan utama dari demonstrasi yang sebenarnya dan justru merusak citra gerakan tersebut.
Konsekuensi Pencampuradukan: Stigma dan Mispersepsi
Pencampuradukan antara demonstran dan perusuh berdampak serius. Hal ini dapat mengakibatkan stigma negatif terhadap seluruh peserta demonstrasi, bahkan terhadap mereka yang berpartisipasi secara damai. Publik dapat kehilangan kepercayaan terhadap gerakan sosial, dan pemerintah mungkin akan lebih cenderung menerapkan langkah-langkah represif yang membatasi kebebasan berekspresi. Akibatnya, suara-suara yang seharusnya didengar malah tersingkirkan.
Trubus menekankan pentingnya media massa untuk berperan objektif dalam meliput unjuk rasa. Media diharapkan dapat membedakan dan melaporkan secara akurat antara tindakan demonstran dan perusuh, sehingga informasi yang disampaikan kepada publik tidak bias dan menimbulkan mispersepsi.
Langkah ke Depan: Pentingnya Edukasi dan Penegakan Hukum
Untuk menghindari pencampuradukan yang merugikan, Trubus menyarankan edukasi publik yang lebih intensif mengenai hak dan kewajiban dalam berdemonstrasi, serta penegakan hukum yang tegas terhadap para perusuh. Penting untuk memberikan ruang bagi aspirasi masyarakat untuk disalurkan secara damai, namun juga memberikan sanksi yang setimpal bagi mereka yang melanggar hukum dan mengganggu ketertiban umum.
Kesimpulannya, pemahaman yang jelas tentang perbedaan antara demonstran dan perusuh sangat krusial dalam konteks unjuk rasa yang marak terjadi. Hal ini membutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, media massa, dan masyarakat itu sendiri, untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi penyampaian aspirasi secara damai dan demokratis.