Takut Ditangkap, Mantan Komandan Militer Israel Batalkan Kunjungan ke Afsel
Diposting pada 01 September 2025
Takut Ditangkap, Mantan Komandan Militer Israel Batalkan Kunjungan ke Afrika Selatan
Takut Ditangkap, Mantan Komandan Militer Israel Batalkan Kunjungan ke Afrika Selatan
Kunjungan seorang mantan komandan militer Israel ke Afrika Selatan telah dibatalkan secara mendadak. Keputusan ini dipicu oleh kekhawatiran akan penangkapan atas tuduhan kejahatan perang yang terkait dengan perannya dalam pembongkaran puluhan rumah warga Palestina di Rafah pada tahun 2005. Identitas mantan komandan tersebut belum diungkapkan secara resmi, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa ia adalah Letnan Kolonel (Purn.) Doron Almog.
Penolakan visa atau pembatalan kunjungan ini merupakan langkah yang tidak biasa dan menandai peningkatan tekanan internasional terhadap Israel terkait dengan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina. Kasus ini kembali menguak catatan kelam operasi militer Israel di masa lalu dan menimbulkan pertanyaan mengenai akuntabilitas atas tindakan yang mengakibatkan kerugian dan penderitaan bagi penduduk sipil.
Insiden Rafah 2005: Titik Awal Polemik
Insiden di Rafah pada tahun 2005 menjadi sorotan utama dalam pembatalan kunjungan tersebut. Saat itu, operasi militer Israel menyebabkan pembongkaran puluhan rumah warga Palestina, menimbulkan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Almog, yang saat itu menjabat sebagai komandan, diduga terlibat langsung dalam operasi tersebut. Pada tahun 2005, ia nyaris ditangkap di Inggris setelah dikeluarkan surat perintah penangkapan atas perannya dalam peristiwa ini.
Kejadian ini memicu perdebatan sengit mengenai kekebalan hukum bagi pejabat militer Israel atas tindakan mereka di wilayah pendudukan. Organisasi hak asasi manusia internasional telah lama menyerukan penyelidikan independen dan akuntabilitas bagi mereka yang bertanggung jawab atas pelanggaran hukum internasional dan pelanggaran hak asasi manusia di Palestina.
Konsekuensi dan Implikasi
Pembatalan kunjungan ini merupakan indikasi tingginya risiko hukum yang dihadapi oleh mantan komandan militer Israel terkait dengan tindakan mereka di wilayah pendudukan. Hal ini juga menunjukkan peningkatan kesadaran dan keinginan untuk menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia di tingkat internasional. Afrika Selatan, sebagai negara yang memiliki sejarah perjuangan melawan apartheid, dianggap sebagai negara yang sangat sensitif terhadap pelanggaran hak asasi manusia.
Kejadian ini menunjukkan bahwa kekebalan hukum bagi para pelaku pelanggaran hak asasi manusia tidak lagi sepenuhnya terjamin. Tekanan internasional yang semakin meningkat akan terus mendorong upaya untuk menuntut pertanggungjawaban atas tindakan yang dilakukan selama konflik Israel-Palestina, dan kasus ini menandai langkah penting dalam proses tersebut.