
Imbas Perang Iran-Israel, Kemenperin Sebut Biaya Logistik dan Produksi Industri Manufaktur RI Naik
Diposting pada 25 June 2025
```html
Imbas Perang Iran-Israel, Biaya Logistik dan Produksi Manufaktur RI Naik
Imbas Perang Iran-Israel, Biaya Logistik dan Produksi Manufaktur RI Naik
Jakarta, – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memprediksi potensi lonjakan biaya produksi dan logistik di sektor manufaktur Indonesia sebagai dampak dari eskalasi konflik antara Iran dan Israel. Kenaikan ini dikhawatirkan akan berimbas pada daya saing produk Indonesia di pasar global.
Meskipun belum terjadi dampak signifikan secara langsung, Kemenperin tetap waspada dan memantau perkembangan situasi dengan cermat. Potensi gangguan rantai pasok global akibat konflik tersebut menjadi perhatian utama. Kenaikan harga bahan baku impor dan biaya pengiriman menjadi faktor utama yang mendorong prediksi kenaikan biaya produksi.
Potensi Kenaikan Harga Bahan Baku
Beberapa bahan baku industri manufaktur Indonesia memang berasal dari wilayah yang terdampak konflik atau melewati jalur pelayaran yang berisiko. Kenaikan premi asuransi pengiriman dan kemungkinan keterlambatan kedatangan bahan baku menjadi faktor yang turut mempengaruhi biaya produksi.
“Kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk mengantisipasi dampak negatif yang mungkin terjadi,” ujar seorang pejabat Kemenperin yang enggan disebutkan namanya.
Langkah Antisipasi Kemenperin
Kemenperin menyatakan tengah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk meminimalisir dampak negatif konflik Iran-Israel terhadap sektor manufaktur dalam negeri. Langkah-langkah tersebut antara lain:
- Pemantauan intensif terhadap harga bahan baku impor.
- Diversifikasi sumber bahan baku untuk mengurangi ketergantungan pada satu pemasok.
- Peningkatan efisiensi produksi untuk menekan biaya.
- Koordinasi dengan pelaku usaha untuk mencari solusi bersama.
Pemerintah berharap agar konflik dapat segera mereda dan tidak berdampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Namun, kesiapsiagaan dan langkah antisipasi tetap menjadi prioritas utama untuk menjaga stabilitas sektor manufaktur.
```